Sejak Umur 7 Tahun Ben Abadi sudah dibawa ibu nya ke kantor untuk menghitung uang dan mengelola perusahaan export-import kayu. Di sanalah naluri untuk berbisnis mulai muncul ketika melihat bagaimana ibunya deal dengan konsumen, medical supplier dan karyawan yang mencapai ratusan orang.
Menginjak usia 13 tahun Ben berangkat Ke Sydney, Australia untuk studi dan berharap suatu saat kelak bisa sukses dan meneruskan bisnis keluarga.
Selama di Australia, Ben banyak mengalami hal-hal yang tidak nyaman, dari tidak mengerti berbahasa inggris sampai mengalami penolakan demi penolakan dari profesinya sebagai door-to-door salesman. Tidak sedikit juga teman-temannya mengolok-ngolok tentang profesi yang dianggap ‘rendahan’ itu. Tapi tidak sedetik pun Ben merasa ‘rendah diri’ oleh karena apa yang kerjakan itu. Ketika teman-temannya menikmati hidup dengan berpesta pora, diumur 16 Tahun, Ben mencoba untuk berbisnis dengan mengimport barang-barang handicraft dari Bali untuk dijual disana.
Dengan berbekal pengalaman menjual, Ben berpikir akan mendapat profit, ternyata setelah beberapa waktu bisnis itu gulung tikar karena tidak menghasilkan cukup profit. Di sana Ben mendapatkan AHA #1 yaitu Penjualan Tidak Sama Dengan Profit.
Di tahun 1998 menjadi titik nadir buat kehidupan Ben, dimana keluarganya mengalami masalah keuangan, bisnis keluarganya satu-persatu terkena musibah krisis moneter. Benar-benar sudah jatuh ketimpa tangga, belum lama di tahun 1997, ibu tercintanya dipanggil oleh Tuhan dan itu merupakan shock berat dalam kehidupan Ben. Ketika itu Ben masih di Australia yang pada waktu itu dollar Amerika menjadi Rp 15.000/dollar, hampir-hampir saja harus ditarik pulang karena biaya sekolah dan kehidupan naik berkali lipat ganda. Satu per satu asset harus dijual untuk bisa terus menyelesaikan studi dan bekerja double job untuk menambah income.
Aha #2 adalah ‘life is partly stormy and we must get ready when the going gets tough, the tough gets going’. Di situlah Ben bangkit dan menjadikan bencana yang bertubi-tubi menimpa hidupnya ini alasan untuk sukses.
Jika Robert Kiyosaki mempunyai Rich Dad, Ben mempunyai Rich Uncle yang di awal perjalanannya melakukan mentoring tentang bisnis, sukses dan tetep berinovasi dalam berbisnis. Dengan strong determination dan keinginan untuk sukses yang besar, Ben mulai merintis karir bisnisnya dari Nol dan berketetapan bahwa sukses is a ‘must’ not a ‘choice’.
Pengalaman Ben dalam mengelola bisnis keluarga dari berbagai bidang, property, resto, manufaktur dan franchising membuat Ben tertarik dengan Business Coaching Business yang sudah digeluti selama lebih dari 10 tahun. Beberapa Bisnis Franchise yang Ben pernah geluti adalah Es Teler 77, Subway (US based) dan ActionCoach (US based).
AHA #3 adalah untuk sukses dalam membangun bisnis membutuhkan skills sets dan pola pikir seorang pemenang. Sejak itu, Ben selalu mengupgrade dirinya dengan menginvestasi waktu dan uang dalam seminar di dalam dan luar negeri, buku-buku sukses, cd, dvd sets bahkan mempunyai mentor-mentor kelas dunia yang meng-guide Ben untuk lebih sukses lagi.
Ben juga seorang entrepreneur dan pemodal tertarik dengan bisnis property dan menjabat sebagai CEO ‘The Christin Villa’ di Bali dan owner dari PT Sukses Abadi Indo, perusahaan yang bergerak di bidang property, trading dan konsultasi bisnis. Selama lebih dari 17 Tahun, 700 lebih pengusaha dari berbagai industry telah mengikuti coaching dan training program yang dilakukan Ben. Testimonial demi testimonial mengalir karena transformasi terjadi baik dalam diri pebisnis itu, keluarganya dan bisnisnya.
Sebagai seorang Master Business Coach, Ben ingin menjadikan orang biasa menjadi luar biasa, orang yang tidak nyaman dengan berjualan bisa sukses dalam membangun bisnisnya dan meraup profit.